Saturday 22 August 2015

Loire Valley, Sungai 1001 Château Bag.I







Sungai Loire adalah sungai terpanjang di Perancis dengan panjang 1.020 km, yang bermula dari pegunungan Cévennes dengan ketinggian 1.350 m, dan mengalir sepanjang 1.000 km melalui Never menuju Orléans, kemudian menuju barat melalui Tours dan Nantes hingga mencapai teluk Biscay di Saint Nazaire. Bagian tengah Sungai Loire, yaitu Lembah Loire, ditengah jantung Perancis dengan luas 800 km, masuk dalam daftar situs warisan dunia UNESCO, karena lembah Loire dipenuhi oleh kastil-kastil/ chateaux dan ladang anggur. Dan di wilayah ini adalah surganya kastil di seluruh Perancis.

Lembah yang makmur ini membentang dari kota Briare hingga kota Angers, yang terkenal dengan kota bersejarah dan kastil-kastil/ château nan megah dan kokoh bak dalam negeri dongeng, yang dikenal dengan 'Chateaux de la Loire'. Adapun kastil-kastil yang tersebar di wilayah ini dari yang berukuran kecil hingga yang besar dan megah, terdapat sekitar 300 kastil dan 60 kastil yang bisa dikunjungi oleh turis.

Karena saya tinggal di region Centre, sehingga tidak jauh untuk menikmati kota dan kastil di lembah Loire ini, diantara yang pernah saya kunjungi adalah: château Chambord, château Blois, château Amboise, château Chenonceau, château Chaumont, château Valençay, château Azay le rideau, château Villandry, château Ussé, Kota Tours, kota Orleans, kota Briare dan kota Gien, serta beberapa kastil yang berukuran agak kecil. Yuk mari kita berkunjung ke kastil-kastil indah di lembah Loire ini, dimulai dari sang primadona, Château de Chambord, château dengan gaya arsitektur Renaissance terindah di lembah Loire ini.



 Chateau Chambord tampak dari belakang


 
Ketika pertama kali saya melihat château Chambord ini, dari jauh saya sudah terkagum akan kemegahan dan keindahannya. Château de Chambord adalah kastil kedua yang paling banyak di kunjungi selain istana Versailles. Dan ketika saya masuk ke dalam château ini, rasa kagum saya semakin tinggi, karena keindahan dan kemegahan arsitekturnya. Château de Chambord mempunyai 440 kamar, 365 perapian, dan 84 tangga, tetapi hanya 80 kamar yang bisa dikunjungi oleh turis, serta kandang kuda yang dapat menampung hingga 1200 ekor kuda. Château ini terletak di tengah-tengah hutan untuk berburu dengan luas 13.000 hektar yang dilindungi oleh tembok pagar sepanjang 31 km.
Pembangunan kastil ini dimulai oleh raja François I pada tahun 1519, dan selesai pada tahun 1547. Sayangnya kemegahan dan keindahan kastil ini hanya diperuntukkan untuk tempat peristirahatan selama berburu oleh raja François I, sedangkan ia tinggal dan memerintah di château de Blois dan château d'Amboise.



 Tampak dari depan


 
Château de Chambord terdapat 3 lantai, lantai dasar untuk penerima tamu, lantai pertama tempat tinggal dengan kamar tidur, kamar tamu, kamar belajar, kamar serba guna serta terdapat sebuah chapel kecil. Lantai 3 lebih diperuntukkan sebagai museum perburuan dengan berbagai koleksi peralatan berburu dan hasil buruan, dimana terdapat sebuah lorong dengan deretan tanduk rusa sebagai hiasannya. Di lantai paling atas atau bagian atap diperuntukkan untuk memantau buruan. Di bagian atap ini saya sangat menikmati pemandangan sekitar serta mengagumi keindahan cerobong asap dan kubah menara yang begitu indah.
Satu hal yang paling mengagumkan di dalam château de Chambord adalah tangga double spiral yang terletak di tengah bangunan, yang di design oleh Leonardo da Vinci. Tangga melingkar ini sangat unik, karena terdapat 2 tangga yang saling melingkar yang disanggah oleh 8 pilar, dan ketika kita naik di salah satu tangga, maka kita bisa saling melihat teman kita di tangga satunya lagi. Selain itu terdapat begitu banyak lambang salamader dan huruf F di dinding dan langit-langit tangga serta di perapian juga, sebagai lambang kerajaan fançois I. Selain itu terdapat koleksi kereta kencana kerajaan yang indah, dan juga lukisan-lukisan tentang perburuan dan koleksi lukisan raja dan ratu yang pernah menginap di château Chambord ini. Setelah kematian François I, kastil inipun terlantar selama 50 tahun.



 tangga double spiral



 Salah satu kamar tidur bangsawan



Lorong dengan koleksi tanduk rusa


Koleksi peralatan berburu



Salah satu kereta kencana


Pemandangan atap chateau 



Setelah dari château Chambord, kita lanjut ke château Blois. Château Blois terletak di kota Blois, kota kerajaan pada abad pertengahan, 186 km dari Paris. Kota yang kaya akan monumen, sejarah dan budaya ini adalah tempat kelahiran raja Louis XII (1462), Denis Papin penemu mesin uap (1647). Blois memiliki sejarah yang panjang akan intrik aristokrat, politik kerajaan yang berdarah, walalu demikian kota ini tetap menampilkan kecantikkannya, terutama chateau Blois yang menjadi ikon kota ini.



 Tampak dr depan



Château Royal de Blois Blois merupakan contoh yang indah akan percampuran gaya arsitekturnya, karena tiap sayap dari château ini terdiri dari gaya arsitektur yang berbeda tahun: Gothic (abad ke-13); Flamboyan Gothic (1498-1503), dari pemerintahan Louis XII; Awal abad Renaisans (1515-24), dari pemerintahan François I; dan klasik (1630s).
Ketika kami masuk ke kota ini, penampakkan kastil dari samping sungguh memukau dengan perumahan di sekelililingnya, walau penampakkan dari depan hanya terlihat sederhana. Dan ketika kami mulai masuk ke dalam, arsitektur bangunan ini memang indah, di depan gerbang terdapat patung raja Louis XII yang sedang mengendarai kuda dengan gaya arsitektur flamboyan gothic. Tetapi ada sesuatu yang cukup membuat saya tergelitik, karena posisi kaki kuda yang tidak sinkron, dimana kaki kanan depan melangkah, kaki kanan belakang juga ikutan melangkah, bukankah kaki kiri belakang yang seharusnya melangkah? Memang sungguh aneh bagi saya, tetapi mungkin ada cerita dibelakang pembuatan patung yang seperti itu? Entalah....



 tapak dr samping



patung raja Louis XII



Lalu kamipun lanjut ke halaman untuk masuk ke bangunan utama, di depan terhampar pemandangan yang indah dengan tangga melingkar yang dibangun raja François I. Dan di dalam château terdapat banyak ruang tidur raja dan ratu dengan dekorasi yang warna warni, serta perapian dengan logo kerajaan, tetapi beberapa bagian terjadi tabrakan dekorasi dan design dikarenakan gaya design yang berbeda waktu. Walaupun demikian, penampilan yang beraneka warna dan corak, sungguh membuat saya terkagum-kagum.



 Tangga melingkar François I



salah satu lorong di lantai dasar



Ruang tidur raja dan ratu



Setelah berkeliling di château Blois, kamipun menikmati berjalan-jalan mengagumi pemandangan keindahan kota Blois, rumah-rumah abad terpengahan dengan palang kayu yang saling menyilang, Cathedral St-Louis, taman kota yang teduh, jalanan sempit dari abad pertengahan dan bila lelah dapat beristirahat di cafe dengan pemandangan perumahan abad pertengahan yang indah.



 Rumah abad pertengahan dgn palang saling silang 



cafe-cafe 



Setelah puas dari Blois, kamipun lanjut ke château Amboise yang terletak di kota Amboise, 36 km dari Blois. Amboise pertama dimiliki oleh bangsawan Anjou, lalu menjadi château yang terkenal dan akhirnya tahun 1431 menjadi milik kerajaan, dan berubah menjadi istana sebagai tempat tinggal bagi ratu dan anak-anaknya. Ratu Chaterine de Medici sangat mencintai château Amboise dan semasa hidupnya dia dilayani oleh 150 pelayan. Dan pada masa itu raja sering mengundang para artis dan penyair dari seluruh dunia ke istana ini, dan juga pelukis terkenal Leonardo da Vinci pernah tinggal di sini, sementara rumah dimana ia bekerja tidak jauh dari Amboise yaitu di Clos Lucé yang terhubung dengan château Amboise melalui terowongan bawah tanah sepanjang 500 meter..



 Chateau Amboise tampak dari luar dgn tangga naik hingga ke gerbang utama




 Chateau Amboise dan Kapel St.Hubert


 
Château Amboise terletak diatas bukit dengan pemandangan menghadap ke sungai Loire, dan untuk mencapai ke Chateau Amboise, kita perlu naik tangga hingga ke gerbang utama. Dibelakang gerbang utama terhampar halaman yang luas dan asri, dan terdapat 2 bangunan, château Amboise dan Kapel St.Hubert. Kapel St.Hubert adalah kapel untuk keluarga raja dan bangsawan, dan juga terdapat makam Leonardo da Vinci yang meninggal di kastil Amboise pada 2 Mei 1519. Setelah dari Kapel St.Hubert, kami lanjut ke château Amboise. Saat masuk ke dalam château, ruangan yang pertama kali kami temui adalah ruang para penjaga, lalu ruang ganti baju para bangsawan, ruang dewan, dimana ruangan ini diperuntukkan raja bertemu para bangsawan dan bahwahannya, serta para rohaniawan untuk berdiskusi pelebaran sayap kerajaan ke negara tetangga, untuk memastikan para bawahannya tetap setia pada raja, maka ia menuntut para bawahannya menghabiskan beberapa bulan tinggal di château Amboise beserta keluarganya selama beberapa bulan.
Selain itu di dalam château juga terdapat ruang makan, kamar tidur raja Henry II, kamar tidur Louis Phillipe, ruang belajar dan ruang musik Louis Phillipe, serta perabotan dari masa renaissance. Pada tahun 1560 terjadi tragedi mengerikan di château Amboise, pada saat terjadi perang agama, 1.200 pemeluk agama kristen protestan dibunuh dan isi perutnya dikeluarkan dan digantung di dinding château sebagai tanda peringatan, sungguh sejarah yang mengerikan. 




Kapel St.Hubert dengan makam Leonardo da Vinci di tengah



 kamar tidur Louis Phillipe



 ruang musik Louis Phillipe


 
Selain kastil dan kapel, di taman istana juga terdapat sebuah taman oriental untuk menghormati Emir Abd-Kader, pemimpin dan penulis dari Algerie, yang meninggal di château Amboise. Ketika berkeliling di taman yang asri ini, saya sangat menikmati pemandangan sungai Loire dengan jembatannya serta pemandangan rumah penduduk dan cafe serta reataurant sekitar château. Setelah itu kamipun berkeliling kota Amboise sambil mencari cinderama khas kota ini.




 Pemandangan dr taman chateau 



Pemandangan kota Amboise dgn rumah mediavalnya



Selanjutnya kita ke château Chenonceau, chateau yang terkenal sebagai "Ladies Castle" (Château des Dames) karena kecantikkannya .... bersambung 




 

Tuesday 18 August 2015

Orange, Mini Roma di Perancis







Kami melewati kota Orange setelah dari Avignon, Pond du Gard dan Nimes, sekitar 21 km dari Avignon. Kota kecil dengan gaya urban yang cukup tinggi, yang masih meninggalkan banyak bangunan dengan arsitektur Romawi, baik reruntuhan maupun masih terpelihara utuh. dan salah satunya Roman Theatre yang terletak di selatan kota. 

 
Roman Theatre masih terpelihara dengan baik walau sudah berumur 2000 tahun, dibangun pada masa imperial Romawi abad pertama masehi. Bangunan dengan bentuk bundar ini mempunyai dinding yang dibangun dengan blok batu besar nan kokoh, dengan tinggi lebih dari 38 m dan lebar 104 meter. Bila dilihar dari luar teater, dinding ini tampak seperti sebuah bangunan yang luar biasa.
Ketika masuk dari pintu utama terdapat lorong yang panjang yang menuju ke tempat duduk, dan deretan tempat duduk dari batu yang hampir mengelilingi bangunan ini dapat menampung hingga 7.000 penonton dengan gaya auditorium teater Romawi. Dan dibagian pertunjukkan terdapat sebuah patung Kaisar Augustus yang beurukuran sekitar 3,6 m. 



 Dinding yg tampak dr luar


 Lorong yg menuju ke tempat duduk


 Patung kaisar Augustus


 
Di sebelah barat yang masih berdampingan dengan Roman Theatre, terdapat reruntuhan kuil Romawi, dan di seberang jalan dari reruntuhan kuil terdapat museum 'Musée d'Art & d'Histoire, dengan berbagai koleksi zaman Romawi. Harga tiket sudah termasuk ketika membeli tiket ke Roman Theatre.


Reruntuhan kuil Romawi



jalan masuk ke Roman Theatre yg tepat bersebelahan dgn reruntuhan kuil






 
Di utara dalam kota Orange terdapat sebuah gapura Romawi (Triumphal Arch/ Arc de Triomphe), dengan tinggi sekitar 19.57 m dan lebar 8.40 m. Gapura ini dibangun setelah kemenangan Caesars, sebagai pintu masuk ke dalam kota Orange.Terdapat 3 lengkungan kubah sebagai pintu dan dulunya terdapat patung perunggu kereta kuda dengan 4 kuda diatas gapura, dan terdapat relief-relief peperangan masa Romawi.  Walapun sudah banyak kerusakan tetapi masih meninggalkan kemegahan dan kekokohan gapura ini.



 Arc de Triomphe tampak dari depan



Tidak jauh dari Roman Theatre kita dapat menemukan pertokoan yang modern bercampur dengan bangunan gaya Romawi, di Place de la Republique terdapat sebuah patung Raimbaud.
Raimbaud adalah Count of Orange, yang pada tahun 1096 ikut serta sebagai rombongan pertama perang salib.






Air mancur diantara cafe-cafe


Berjalan kaki mengelilingi kota ini sambil menikmati bangunan demi bangunan yang ada di kota ini sungguh suatu pengalaman yang indah, seakan-akan berada dalam miniatur Roma.



 Rumah penduduk diantara bekas reruntuhan Romawi


 Salah satu bangunan gereja dgn gaya Romawi




 Beberapa bekas reruntuhan masih terlihat diantara rumah penduduk



Mungkin kota ini bisa masuk dalam alternatif sebagai kota singgahan bila berkunjung ke Avignon, Pond du Gard dan Nimes





 

Wednesday 12 August 2015

Napak Tilas D-Day di Omaha Beach, Perancis






Terinspirasi oleh seorang teman yang berkunjung ke Pantai Omaha, wilayah Normandy, Barat daya Perancis bagian utara. Maka sayapun menjelajahi pantai yang menjadi saksi bisu hebatnya perang di wilayah ini, antara Jerman dan pasukan sekutu. Masih ingat dengan film 'Saving Private Ryan'?
Film yang dibintangi Tom Hanks dan Matt Damon, peraih 6 piala Oscar dari 11 kategori yang dinominasikan, serta menobatkan Steven Spielberg sebagai 'Sutradara Terbaik' ini mengambil setting pendaratan Tentara Sekutu di Pantai Normandy 71 tahun lalu, salah satu operasi militer terbesar dalam sejarah umat manusia, yang dikenal sebagai D-Day ((Perancis: J-Jour, Indonesia: Hari-H).

Sekilas Sejarah Operasi yang berlangsung dalam periode Perang Dunia II dan bertujuan untuk merebut kekuasaan dari tangan Nazi ini dikenal dengan kode Operation Neptune dan Operation Overlord, dimulai pada tanggal 6 Juni 1944, pukul 06.30 pagi. Penyerbuan dilakukan dalam dua tahap, diawali pendaratan 24.000 orang tentara Amerika, Inggris, Kanada dan Perancis sesaat setelah tengah malam, serta dilanjutkan dengan pendaratan kapal-kapal amfibi pada pagi harinya. Selain itu dikerahkan pula pasukan tambahan untuk mengelabui Jerman mengenai lokasi pendaratan sebenarnya. Berbagai sumber menyebutkan operasi ini sebagai invasi kendaraan amfibi terbesar yang melibatkan lebih dari 160.000 personil dalam pendaratan di pagi hari 71 tahun yang lalu itu. Tak kurang dari 195.700 personil marinir dengan 5.000 kapal ikut terlibat.

Pantai yang membentang sejauh 80 km ini dibagi dalam 5 sektor – Utah, Omaha, Gold, Juno, dan Sword. Salah satu sektor yang saat ini banyak dikunjungi baik oleh wisatawan maupun para veteran dan keluarganya adalah wilayah sekitar Omaha Beach, yang kini menjadi Taman Makam Pahlawan. Lokasi pemakaman ini telah dihibahkan Pemerintah Perancis kepada Amerika Serikat melalui sistem konsesi, dimana negara penerima (dalam hal ini AS) menurut Hukum Internasional berhak mengelola wilayah tersebut secara administratif sekalipun berada dalam lingkup kedaulatan Perancis. Maka tidak heran saat kami berkunjung ke wilayah Pantai Omaha ini, bentuk rumah di sepanjang pantai ini berbeda dengan rumah-rumah khas Perancis, selain itu hampir di setiap rumah dan bangunan penting terdapat bendera Amerika.
Pantai Omaha tampak sama seperti pantai-pantai lainnya dengan pantai yang landai dan pasir putih, yang berbeda adalah dengan adanya bunker bekas tentara Jerman dengan meriam didalamnya serta beberapa bangunan memorial untuk mengenang para korban dan kepahlawanan di perang D-Day itu.


   Pantai Omaha



 Salah satu bunker di pantai Omaha dgn sebuah tank di dalamnya




 Salah satu monumen utk menghormati para tentara yg gugur



Sebelum kami sampai di Pantai Omaha, kami berkunjung ke Point du Hoc dulu. Point du Hoc adalah sebuah tanjung dengan tebing yang tinggi dan terjal, dan merupakan tempat pertama yang dituju oleh tentara sekutu dengan pasukan 'Ranger' nya untuk melumpuhkan base camp Jerman yang penuh dengan artilerinya, sebelum pasukan utama menyerang lewat pantai. Pasukan Ranger adalah pasukan khusus untuk memanjat tebing yang terjal dan menghancurkan arteleri Jerman yang terletak di Point du Hoc itu. Disepanjang tanjung itu kami menemukan banyak sekali lubang-lubang raksasa bekas pengeboman antar dua kubu serta bunker-bunker jerman yang rusak parah. Hal ini mengingatkan saya akan film Saving private Ryan yang begitu dahsyat saat menyerang lewat pantai Normandy ini.


 Tebing dimana para Ranger memanjat




 Lubang2 bekas pengeboman di Point du Hoc





 Salah satu lubang bekas bom




Salah satu bunker di Point du Hoc


 dinding dlm bunker yg penuh dgn bekas peluru



Setelah itu napak tilas kamipun lanjut ke kompleks pemakaman Amerika, yang masih dalam wilayah Pantai Omaha. Luas kompleks ini 70 hektar dengan 9.387 makam tentara Amerika yang gugur dalam serangan D-Day. Kompleks pemakanan ini di tata begitu rapi dengan hiasan pepohonan yang rindang serta dengan pemandangan yang menghadap ke pantai Omaha.
Selain kompleks pemakaman, di lokasi ini juga terdapat beberapa museum yang mempertunjukkan koleksi foto-foto lawas sekitar periode Invasi Normandy, rekaman kalimat-kalimat penting yang diucapkan oleh para pelaku sejarah, maupun barang-barang pribadi milik para prajurit.



 Kompleks pemakaman Amerika


Salah satu peralatan perang di museum



tank bekas D-Day



Setelah dari kompleks pemakanan Amerika, kamipun lanjut ke kompleks pemakanan Jerman yang terletak di La Cambe. Kompleks ini sangat sederhana, tetapi tetap tertata dengan rapi, dan terdapat 21.145 makam tentara Jerman selama perang dunia II. Terdapat beberapa kompleks pemakanan Jerman di Perancis, tetapi di La Cambe inilah yang terbesar. Di kompleks ini pernah terjadi tragedi ledakan pada tanggal 25 Maret 1949, ketika Heinz Gnibi, seorang tentara Jerman yang telah keluar dari penjara sebagai tahanan perang, yang bermaksud membersihkan kompleks pemakanan Jerman sebelum pulang ke negaranya. Saat sedang membakar rerumputan dan ranting-ranting kering terjadi ledakan besar, rupanya masih terdapat sisa ranjau perang, dan diapun meninggal saat itu juga.



Kompleks pemakanan Jerman




 

Sebelum kami mengakhiri perjalanan kali ini, kamipun menuju Sainte Mére Eglise, untuk melihat gereja yang telah menyelamatkan seorang penerjun Amerika yang selamat dari tembakkan tentara Jerman, dimana sang penerjun itu tertambat di salah satu satu sisi gereja, sedangkan semua penerjun lainnya tewas dihujani tembakkan tentara Jerman.


 Gereja tempat penerjun yg selamat


Setelah melihat dan menelusuri jejak serangan D-Day ini, sayapun membayangkan betapa mengerikannya sebuah perang, tetapi kadang sebuah perang bertujuan untuk mengakhiri penindasan demi generasi mendatang.


Untuk menuju ke Pantai Omaha dari Paris bisa naik kereta ( sekitar 2 jam) dari stasiun St. Lazare menuju Caen central station, lalu dilanjutkan dengan bus  dengan tujuan Grandcamp.

Atau bisa ikut tour atau sewa mobil.