Friday 24 April 2015

Mengagumi Keindahan kota Nimes, kota Para Matador di perancis









Setelah puas mengelilingi Pont du Gard, kamipun lanjut menuju ke kota Nîmes di Perancis Selatan, 720km dari Paris atau sekitar 3 jam dengan kereta berkecepatan tinggi (TGV). Awalnya kota ini bernama Nemausus dan merupakan permata bagi kerajaan Romawi, dan pada masa kini merupakan salah satu kota peninggalan kerajaan Romawi yang paling cemerlang. Selain kaya akan sejarah, kota inipun terkenal akan para matadornya.

Ketika mobil yang kami tumpangi memasuki kota Nîmes, percampuran budaya Perancis Provençal, Romawi dan Spanyol sudah mulai terasa, dan perbauran masa silam dan masa kini tertata dengan indah dalam setiap bangunannya.

Setelah memarkir mobil, kamipun mulai berjalan menyusuri tiap sudut kota kecil yang artistik serta penuh turis ini. Jalanan kecil berbatu khas abad pertengahan, kafe-kafe dengan arsitektur khas Perancis Provençal, serta tidak lupa primadona kota ini, Arenes de Nîmes tentunya.

Nîmes merupakan salah satu kota peninggalan Zaman kerajaan Romawi yang paling cemerlang, yang awalnya bernama Nemausus.



Apa saja yang bisa kita nikmati di kota bekas kekuasaan Romawi ini? Yuk, mari kita mulai dengan sang primadona, Arenes de Nîmes.



Arenes de Nîmes adalah warisan terbaik dari jaman Romawi dan terpilih menjadi salah satu monumen terbaik di dunia yang masuk dalam daftar monumen bersejarah UNESCO. Amphiteater ini dibangun dibawah kekuasaan Kaisar Augustus pada abad pertama yang berbentuk oval dengan panjang 133 meter, lebar 101 meter, dan tinggi 21 meter, dan dapat menampung 24.000 penonton. Arena yang megah ini masih berdiri dengan kokoh seakan tidak tersentuh oleh zaman, padahal pernah terjadi alih fungsi akan kegunaan arena ini pada abad pertengahan, yang menjadi benteng pengungsian dan akhirnya berkembang menjadi sebuah kota kecil lengkap dengan istana dan gereja didalamnya, dengan jumlah penduduk sekitar 700 orang. Pada masa kini arena ini masih digunakan sebagai tempat pertarungan para Matador dengan banteng dan juga berbagai perayaan festival. Pada bulan Mei Arenes de Nîmes menjadi tempat Les Grands Jeux Romains, para pemain mengenakan costume bangsa Romawi lengkap dengan kereta kuda, dan para prajurit lengkap dengan atribut seragam Romawi. Para penonton diajak seakan-akan tenggelam dalam suasana 2000 tahun silam. Dan pada musim panas kita dapat menikmati Festival de Nîmes, yang mempersembahkan musik kelas dunia serta berbagai acara lainnya di dalam amphiteater ini. 


Amphiteater dari tempat duduk teratas




 Lorong untuk menuju ke tempat duduk di amphiteater


Sebelum masuk ke dalam arena ini, terdapat sebuah patung matador yang gagah di depan arena, itulah patung Nimeño II, dengan nama asli Christian Montcouquiol, terlahir di Jerman dan menjadi matador terkenal pada masa itu. Matador muda ini mengalami cedera berat saat bertarung dengan banteng bernama Pañalero, yang mengharuskan dia pensiun dari karirnya. Karena tidak dapat menerima kenyataan itu, akhirnya iapun bunuh diri pada umur 37 tahun. Sayang ya?




 Narsis dulu dgn Nimeño II sebelum masuk ke Arena



Setelah dari Arenes de Nîmes, perjalanan selanjutnya ke Maison Carrèe yang terletak di Place de la Comèdi, dapat dicapai dengan berjalan ke arah utara dari Arenes de Nîmes melalui boulevard Victor Hugo. Maison Carrèe adalah sebuah bangunan kuil Romawi yang menakjubkan, berbentuk segi empat dan masih terawat baik hingga kini. Maison Carèe dibangun oleh kaisar Augustus untuk kedua anak adopsinya, Caius dan Lucius Caesar, yang terinspirasi dari kuil Apollo dan Mars Ultor di Roma. Bangunan dengan panjang 26 meter dan tinggi 17 meter ini awalnya adalah sebuah biara suci bangsa Romawi, lalu beberapa kali berubah fungsi menjadi tempat sidang, kemudian menjadi gereja di abad pertengahan, dan akhirnya menjadi sebuah museum yang kita lihat sekarang. Tepat di seberang Maison Carreè ini terdapat sebuah bangunan yang terdiri dari kaca, itulah Carré d'Art, museum seni kontemporer, yang dibangun oleh Norman Foster.



 Maison Carrèe tampak dari depan





 Maison Carrèe tampak dari samping


Perjalananpun lanjut ke kawasan kota tua yang tidak jauh dari Maison Carrèe, dan di tengah kota tua ini kami bertemu dengan Cathédrale Notre-Dame-et-Saint-Castor. Cathédrale yang bergaya Romanesque-Byzantine ini dibangun akhir abad ke-11. Selain gereja dan bangunan tua, kita dapat mengunjungi beberapa museum yang terdapat di kota tua ini. 



Cathédrale Notre-Dame-et-Saint-Castor 



Setelah puas menyusuri kota tua, kamipun lanjut ke list berikutnya, Jardins de la Fontaine. Jardins de la Fontaine adalah sebuah taman yang indah dengan koleksi reruntuhan kuil Diana yang dibangun pada 2 masehi dan hancur pada tahun 1755 saat perang agama, aliran air dari kanal-kanal yang menuju ke kolam, Le castellum, serta taman yang luas dan di puncak taman, Mont Cavalier terdapat La tour Magne (menara Magne) dengan tinggi 30 meter. La tour Magne merupakan sisa menara pengawas dari reruntuhan tembok yang mengelilingi kota Nîmes pada masa Romawi. Kita dapat naik keatas menara dan menikmati pemandangan kota Nîmes dan sekelilingnya. Selama di dalam taman ini, kami sangat menikmati setiap sudutnya, kolam dengan ikan yang indah serta kanal-kanal yang artistik, dan tidak lupa terdapat tempat bermain anak-anak juga.

















La Tour Magne



Selain bangunan peninggalan Romawi, bagi anda yang suka mengunjungi museum, terdapat beberapa museum di kota ini, antara lain:

Musée d’Histoire Naturelle yang terletak di bangunan yang sama dengan Musée Archéologique. 

Musée des Beaux-Arts, 200 meter dari Arenes de Nîmes.

Musèe du vieux Nîmes, menyimpan sejarah kota Nîmes dari jaman Romawi hingga modern, dan di sinilah terdapat kain jeans yang menjadi sejarah 'Jeans' dan 'Denim'.
Dimana pedagang dari Nîmes mengekspor bahan kain warna biru produk kota Nîmes ke Amerika untuk pembuatan terpal, dan celana bagi para pekerja, Dan pada tahun 1870, Levi Strauss seorang imigran dari Bavarian membuat celana dari bahan kain warna biru itu bagi pekerja tambang di Wild Wild West, yang terbuat di Genoa (lahirlah kata 'jeans' dari 'Genoa), dan bahan de Nîmes (dari Nîmes), itulah awal lahirnya kata 'Denim'. Dulu saya selalu berpikir celana jeans, denim itu dari Amerika.



Oh iya.... Selama di kota ini, saya selalu melihat logo kota Nîmes dengan lambang seekor buaya dirantai di pohon palem dengan tulisan 'COL NEM'. Lalu sayapun menemukan bahwa semua itu berkaitan dengan Romawi, dimana pohon palem adalah simbol Romawi kuno yang berarti kemenangan, sedangkan buaya adalah arti Mesir, dan kata COL NEM adalah Colonia Nemausus.












No comments: